Sabtu, 17 Januari 2009

Para Kader Organisasi, Bertahanlah…

Rebutan kader. Sepertinya hal ini udah jadi ritual rutin setiap tahun ajaran baru bagi semua organisasi kemahasiswaan yang ada dikampus. Bahkan gak Cuma organisasi kemahasiswaan aja. Organisasi-organisasi lainpun seperti karang taruna bahkan partai-partai politikpun gak bisa lepas dari masalah ini. Merekapun belum bisa dengan cepat berpuas diri setelah berhasil menggaet kader sesuai dengan quota yang ditargetkan. Mempertahankan para kader agar tetap loyal dan bertahan dalam organisasinya adalah hal terpenting yang harus diperhatikan.
Berbicara mengenai loyalitas anggota, maka pokok pembicaraan kita mengacu pada KOMITMEN ORGANISASI karena loyalitas anggota merupakan bagian dari Komitmen Organisasi.


Apa itu Komitmen Organisasi?
KOMITMEN ORGANISASIONAL adalah tingkat dimana individu mengidentifikasikan dan terlibat dengan organisasi dimana mereka bergabung dan / atau tidak ingin meninggalkannya.
Komitmen seseorang terhadap organisasi seringkali menjadi hal terpenting beberapa organisasi dalam memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk memegang suatu jabatan/posisi yang ditawarkan. Dalam arti lain, seorang pejabat yang diberi amanah dalam sebuah organisasi haruslah orang yang benar-benar punya komitmen yang tinggi terhadap organisasi tersebut. Sayangnya… meskipun hal ini sudah sangat umum namun masih banyak para kader / anggota sebuah organisasi yang masih belum memahami arti komitmen yang sesungguhnya.
Allen dan Meyer (dalam Dunham, dkk 1994: 370 ) membedakan komitmen organisasi atas tiga komponen, antara lain:
Komponen afektif
Berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan anggota di dalam suatu organisasi.
Contohnya, seorang anggota organisasi yang selalu aktif dan gak pernah absen dari agenda organisasi.
Komponen normatif
Merupakan perasaan-perasaan anggota tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.
Contohnya, seorang anggota organisasi yang menjabat sebagai bendahara dalam organisasi tersebut menyadari bahwa kewajibannya adalah membuat pembukuan keuangan dan mengontrol keluar-masuknya dana setiap bulannya.
Komponen continuance
Berarti komponen berdasarkan persepsi anggota tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.
Contohnya, seorang anggota organisasi yang bergerak dalam bidang Kewirausahaan. Sewaktu dia aktif, dia mendapat banyak kesempatan untuk ngikutin seminar-seminar kewirausahaan sekaligus mengaplikasikannya. Namun jika dia keluar dari organisasi tersebut, dia gak akan mendapatkan wadah aktualisasi diri seperti itu lagi.


Penentu Komitmen Organisasi
Menurut Jewell & Siegall (1998:518) sebagian para peneliti Psikologi Industri dan Organisasi setuju bahwa komitmen kerja (red:organisasi) yang kuat berasal dari inter aksi variabel demografi individual (misalnya usia dan jenis kelamin), variabel psikologi pribadi (misalnya kebutuhan dan nilai-nilai), dan karakteristik keadaan kerja (red:organisasi) tertentu (misalnya sifat kerja). Contoh, Morris dan Sherman (1981) menemukan hal-hal berikut ini memberikan sumbangan cukup berarti dalam memperkirakan tanggapan terhadap kuesioner ukuran komitmen kerja : usia dan pendidikan (demografi), rasa mampu (psikologi), dan perilaku supervisi (keadaan kerja (red:keadaan organisasi)).

Mengapa komitmen anggota sangat diperlukan bagi organisasi?
Anggota yang memiliki komitmen kemungkinan kecil keluar (Iwithdrawal). Dengan begitu, organisasi dapat terus mengembangkan sumber daya yang dimilikinya guna meneruskan tujuan bersama organisasi. Selain itu, anggota yang memiliki komitmen tinggi, mau berkorban demi organisasi. Permasalahan yang sering dihadapi oleh Organisasi-organisasi, awalnya kader-kader yang ada menunjukkan loyalitas yang tinggi. Namun setelah organisasi tersebut mengembangkan sumber daya kader tersebut, si kader tersebut kemudian hengkang dari organisasinya itu. Oh.. teganya!

Bagaimana Peran Organisasi?
Bagaimana sikap kita dalam menghadapi kasus diatas? Ternyata, Komitmen individu terhadap organisasi bukanlah merupakan suatu hal yang terjadi secara sepihak. Organisasi dan anggota harus secara bersama-sama menciptakan kondisi yang kondusif untuk mencapai komitmen yang dimaksud, selain menciptakan keamanan dan kepuasan di dalam organisasi itu sendiri. Nggak ada salahnya juga bagi organisasi, untuk memberikan reward kepada anggota / kader yang telah memberikan sumbangsih kepada organisasi. Sekecil apapun sumbangsih yang diberikan anggota dan sekecil apapun reward yang diberikan oleh organisasi, tidak masalah. Yang terpenting adalah adanya interaksi timbal balik dari kedua belah pihak.
Sebagai contoh: seorang kader organisasi yang semula kurang memiliki komitmen, namun setelah bergabung di dalam organisasi ternyata selain ia mendapat imbalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ternyata didapati  adanya hal-hal yang menarik dan memberinya kepuasan. Hal itu tentu akan memupuk berkembangnya komitmen individu tersebut terhadap organisasi.

Bagaimana cara menumbuhkan komitmen organisasi?
Identifikasi
Memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para anggota / organisasi memasukkan pula kebutuhan dan keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para pegawai dengan organisasi.
Keterlibatan
Berpartisipasi dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan bersama keputusan bersama, harus ditanggung bersama pula. Dengan terlibat di dalam pembuatan keputusan, maka anggota belajar untuk konsekuen terhadap apa yang mereka putuskan.

Loyalitas
Merupakan kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun (Wignyo-soebroto, 1987).


Nah, dari beberapa uraian diatas, kita ketahui bahwa untuk menciptakan para kader yang loyal dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap suatu organisasi, nggak hanya membutuhkan peran kader / anggota saja. Tetapi harus didukung oleh Organisasi itu sendiri, dengan cara memberi feedback kepada para anggotanya tersebut. Deal kan..?



Source:
Hand Out mata kuliah Psikologi Sumber Daya Manusia
Jewel, L.N & Siegall, Marc. 1998. Psikologi Industri / Organisasi Modern. Psikologi Terapan untuk Memecahkan Berbagai Masalah di Tempat kerja, Perusahaan, Industri dan organisasi. Edisi 2. Jakarta : Arcan.




By Z A I N I D A
Disampaikan juga pada Diklat Dasar VII
KOPERASI MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Dengan Judul
MANAJEMEN ORGANISASI
( MEMBENTUK LOYALITAS ANGGOTA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarin Ah...