Sabtu, 03 Januari 2009

COMPLICATED..!!!!

Tulisan ini kubuat, Ga bermaksud mengungkit kisah masa lalu. Sekedar untuk intropeksi bersama, sebagai kaleidoskop akhir taun. Agar tidak terulang kesalahan dimasa lalu. Sengaja nama-nama gak disebutkan secara rinci, guna menghindari pencemaran nama baik. Apapun yang terjadi, gue sayang kalian...

Malang – jam 12 malam - Kampus putih – dingin – menggigil – bersama teman-teman – keluar sekret – menghela nafas – menyeka keringat - persiapan besok – agenda besar tahunan - kembali kekosan masing-masing – dikosan –sunyi - sepi – semua lampu padam – tak ada tanda-tanda kehidupan - masuk ke kamar – ganti baju – ambil wudhu – sholat isya’ -telpon berdering – kuangkat – ngobrol pengalaman sehari – ingin tertawa – ingin menangis - tegang – perasaan campur aduk – telpon selesai – nyalakan alarm – coba pejamkan mata – susah... – kembali kupejamkan mata.. – tidak bisa juga – lihat jam dinding – jam 2 dini hari - kuambil headset – sumpel kuping – berdoa – coba pejamkan mata lagi – akhirnya tertidur - ZZzzz - jam 4 subuh – dingin – menggigil - membuka mata – kucek-kucek mata - meraih hape – ada SMS – “gimana persiapan RATmu? aku pasti datang, tapi ga tau aulamu dimana. Ntar Q telp di depan gedungmu” – clik ‘reply’ - menengok jam dinding – melepas selimut - bangkit dari pembaringan – langkahkan kaki – buka pintu – ke kamar mandi – ambil wudhu – sholat subuh – melipat mukena – mengambil map – bereskan arsip – masukkan dalam tas – baca undangan – “ontime jam 7 pagi ya, panitia, pengurus,pengawas: wajib jam 6…” – ambil handuk – mandi- dandan.


Malang - jam 6 subuh – depan kosan - pakaian rapi – formal – menuju kampus – kumpul disekret – acara RAT – posisi; pengawas – langkahkan kaki – tiba di depan sekret – menengok ke dalam – sepi... – tak ada 1pun manusia - langkahkan kaki – tiba di depan aula – menengok kedalam – sepi… - hanya ada 1 manusia – ketua pelaksana – dia menyapu – “dimana panitiamu?” – “sedang persiapan dikos masing-masing mbak” – hembuskan nafas – bantu bereskan ruangan – letakkan sapu – langkahkan kaki – kedepan aula – melihat jam tangan – jam 6.30 – menelpon si A (21,f) – orang penting di organisasiku – pejabat tertinggi di sini - “kamu dimana?” – “bentar lagi kesana, mbak” – duduk dikursi depan aula – menunggu.. – panitia datang – merapikan meja admin – siapkan berkas sidang – siapkan konsumsi – semua beres – panitia, pengurus, pengawas lengkap - tinggal menunggu peserta – tapi tunggu… - si A menarik tanganku – “mbak, kita ada masalah” – si A gelisah – wajahnya merah – dahi berkerut - kugenggam tangannya - dengarkan curhat – membisikkan sesuatu – si A mengangguk – tersenyum lega – si A pergi - melihat jam – jam 7.00 – menengok ke dalam – sepi – belum ada peserta – kembali keluar – ngobrol dengan panitia dan pengurus - Hp berdering – ”acaramu dah mulai?” – ”bentar lagi” – masukkan HP - si A kembali – ku bertanya – si A mengangkat bahu dan kedua tangannya – peserta berdatangan – semua masuk – dalam ruangan – kutarik kursi – duduk- disebelah si B (23,m) – rekan sejawat – yang juga sahabatku – dan juga 1 LPJ denganku - men’silent’ HP - acara pembukaan dimulai – HP bergetar – kuijin keluar – langkahkan kaki – menengok kiri-kanan – seseorang memanggilku – Ternyata si C (23,m) sudah datang – salah satu tamu undangan – kampus lain - orang yang tadi menelponku – orang yang saat itu sedang dekat denganku – orang yang memiliki pengaruh yang besar diluar sana - jabatan tertinggi di luar sana – bersama temannya – si D (24,m) – juga tamu undangan – sama-sama memiliki jabatan penting – sama-sama tertinggi - tapi tak begitu dekat denganku – tak begitu mendapat simpati siapapun - ku tunjukkan jalan – jalan bersama – menuju ruang sidang - seseorang mengintip dari dalam – kuajak mereka masuk – kudampingi mereka - kududuk disamping si C– pembukaan dimulai – kata sambutan – kata sambutan selesai – pembukaan selesai – pembicara pamit – si A mendekatinya – akupun mendekatinya - mendampingi keluar – si C dan si D mendekat – berbicara sesuatu pada pembicara - si D menjabat tangan pembicara – pembicara keluar ruangan – si C berpamitan padaku – aku tersenyum - seluruh tamu undangan keluar – termasuk si C dan si D – ruangan dikondisikan – sidang segera dimulai – aku kembali ke tempat duduk – disamping si B – kondisi tenang – tertib – presidium menempati posisi – palu sidang diketuk tiga kali – seseorang menghampiriku – membisikkan sesuatu – aku tersentak – meminta ijin kepada presidium – ku langkahkan kaki – keluar ruang sidang – menengok kanan dan kiri – seseorang menunjuk ke samping gedung - kudengar keributan – disana si A dan si C – si A berkecak pinggang - menuding-nuding si C – mendorong bahu si C - bersuara keras – si C mencoba menenangkan – aku terkejut – apa yang terjadi? – ku lari menghampiri – mencoba melerai – si A menarik tanganku – menjauhi si C – ketempat sepi – tak ada orang – tak ada yang dengar – si A berkacak pinggang – menunjuk–nunjuk hidungku – menuding ke arah si C - bersuara keras – bernada tinggi – bicara sejadi-jadinya - mengepalkan tangan – memukul dinding – wajahnya merah – air mata menetes – aku takut - aku terdiam – tak tahu apa2 – pasrah - mengelus dada – baca istigfar - aku bersuara pelan – merendahkan nada bicara – meminta penjelasan – mengajak si A duduk – si A duduk – aku duduk disampingnya – si A diam – nafasnya tersengal-sengal – tangannya mengepal erat – menggigit bibirnya sendiri – aku dekati – meminta maaf – atas nama pribadi – atas nama si C – si A terdiam – menghapus air mata – berlari – meninggalkanku – aku masih terduduk – berfikir – ada yang tidak beres – dan harus diselesai kan – ku bangkit dari tempat duduk – melangkahkan kaki – mencari si C – dia tengah ngobrol dengan si D – kutarik lengan jaketnya – mengajaknya ke samping gedung – dimushola – kami berdiskusi – si C kecewa – si C menunjuk keluar - si D datang – mencari si C – si C mengajaknya masuk juga – kami berdiskusi ber 3 – klarifikasikan yang terjadi – ada kesalah pahaman - aku meminta maaf – atas nama pribadi – atas nama si A - atas nama organisasiku juga - si A menenangkanku – kemudian pamit – kami keluar mushola – aku kembali ke aula – masuk ruang sidang – kembali duduk – ambil posisi paling belakang – suasana khidmat – sidang sedang berlangsung – draft dibacakan – peserta ”order” – palu sidang diketuk satu kali – draft dibacakan – peserta ”justifikasi” – palu sidang diketuk satu kali – draft dibacakan - paserta ”order” – ”justifikasi” – ”klarifikasi” – ” informasi” – suasana gaduh – palu sidang diketuk berulang-ulang – aku pusing – tidak seantusias biasanya – kulihat sekeliling – rasanya berputar – kulihat si A – duduk paling depan – memandangku dengan sudut matanya – di ikuti pengurus lainnya - memandangku dengan sudut mata mereka – aku pusing – kucoba tenang – fokus... fokus.. fokus... – tidak bisa – ku sesak nafas – kucoba tenang – tarik nafas dalam-dalam – hembuskan nafas – kuraih draft sidang – kubaca – tulisan berbayang-bayang – kemudia berhamburan - aku mual – ku tundukkan kepala – terbayang wajah si A – dengan pandangan disudut matanya - dengan suara kerasnya – dengan tudingannya – dengan air matanya – terbayang wajah si C – ah..... bertambah pusing – ku ingin teriak – kuteriak sekeras-kerasnya – tak ada 1pu yang dengar – kuteriak dalam hati – kuraih HP – SMS si Maniez – sahabatku – teman 1 organisasiku juga – yang selalu ada disampingku – namun kali ini tidak ada – ada SMS balasan – q baca – ”sory Chantik, gw ga bisa datang” – ku kecewa – kutundukkan kepala – kuletakkan kepala di atas meja – tak terasa air mata mengalir – mengalir... semakin deras – tak terbendung lagi – ku tahan suaraku –tak berani mengangkat kepala – tiba-tiba... – sepasang tangan halus mengelus rambutku – mendekapku – ternyata si maniez – ”gue dateng buat lo, chantik. Gue ada buat lo. Gue siap dengerin semuanya” – air mata masih mengalir – kugandeng tangannya – dia merangkulku - keluar ruang sidang – melangkah kemushola – ku ingin cerita – ku ingin curhat – ku ingin katarsis – tak terasa, tangis ku meledak – nafasku semakin sesak – kepala terasa berputar – badanku kaku – lemah terkulai – aku roboh – berputar – gelap – semua hilang....


mbak Nida... jangan pingsan, ayo bangun. Maafin aku ya..” si A memelukku.


Malang – jam 9 pagi – kamar kosan - q masih ditempat tidur – masih pusing – baru tidur jam 6 subuh – sidang baru selesai jam 5 subuh - HP berdering – si C menelponku – tanya kabarku – ngomongin masalah kemarin – dia kecewa – pencemaran nama baik – ingin permintaan maaf dari si A – secara organisasional - kudengarkan saja – suaranya mengeras – kudengarkan saja – nadanya meninggi – kudengarkan saja – aku angkat bicara – perdebatan sengit -pembicaraan semakin tak enak - kepalaku sakit lagi – kututup telpon – HP berdering lagi – kuangkat dengan malas – suara disebrang terdengar – ”Seberapa peliknya masalah organisasi kita, seberapa peliknya perseteruanku dengannya... hubungan kita akan tetap baik-baik aja. Kamu tenang aja. Kamu ga salah apa-apa. Biar kuselesaikan masalahku dengannya.” – aku sedikit lega – tapi juga cemas – aku sayang si A – kuanggap adikku sendiri – aku juga sayang si C – berdamailah.. berdamailah...


Malang – jam 4 sore – kosan - ada SMS – aku baca – ” Dari tadi kok Hpmu ga bisa di hubungi? Dalam rangka menjaga hubungan baik kita, aq permisi dulu sama kamu, mau menuntaskan masalahku dengan si A. Hingga benar-benar tuntas” – deg... – ternyata semuanya belum selesai...


Teaching point of this case

Ada baiknya untuk tidak menelan mentah-mentah suatu permasalahan. Klarifikasi dan kompromi adalah solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik intra dan antar organisasi jika aspek yang paling dominan dalam konflik ini adalah aspek salah paham.

(akhirnyaaa, hasil penelitian skripsi gue disebut juga dalam blog ini)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarin Ah...