Kènäpä Pìlíh Päre?
Oh ya,sèkiläs infø tèntäng Päre, Kötä Päre tèrlètäk di käbupäten Kèdiri. Di däerah ini, tèpatnya di dèsa Tulungrejo dan Pelem terdapat banyak lembaga kursus B. Inggris, ga heran bila perkampungan itu di juluki sebagai "KAMPÙNG ÌNGGRÌS". Keberadaan kursusan-kursusan ini dipeløpøri olèh BEC (Bäsic English Course) yang merupakan kursusan päling tua disänä, didirikan päda tähun 1977 öleh M. Källend. Hingga päda tähun-tähun berikutnyä, munculläh bèbérapa lembaga bähåsä Inggris yäng läinnya seperti EECC, Måhesa, Able & Final, Genta, SMART, ACCESS, Daffodile, Marveolus de el el. Kita tinggäl pìlíh, mø yang British Style or American Style. Bahkan sekarang, gak cuma kursusan bähäså Inggris yang berdiri di Pare. Ada juga lembaga bahasa Kørea, Jepang, dan Mañdarin. Selain kursusan bahasa, kursus komputer, rental komputer dan warnetpun menjamùr dimänä-månä. Akses intèrnetnya pun läncääär... Asyeeek..
Bìäyä Hìdup Mùräh Mèrîäh..
Ternyata.. Walaupun disana bänyak kursus B.Inggris dan mutunya sudah tidak diragukan lagi, biaya kursusnya mùrah-mùrah lho. Rata-rata perprögräm cùmä Rp 70.000 - Rp80.000/bulan. Ada juga yang perprogram cuma Rp30.000-Rp40.000 / 2 minggu. Selåin biaya kursus yang murah, biaya hidup di Pare pun juga relatif lebih murah. Makan perporsi cuma b'kisar antara Rp3000-Rp4000 udah lengkap dengan lauk-pauk plus sayurnya. Apalagi harga bäkso langganan gue: cuma Rp2.500,00 Amazing! Gimänå tèntang biaya penginapan? Tenäng.. Biaya kos2an & camp juga murah-murah kok. Untuk kos-kosan b'kisar antara Rp 50.000 - Rp 80.000 dengan fasìlitas kasur+ranjang, lemari, meja belajar (standarnya kos-kosan biasalah). Selain boarding house biasa,ada beberapa lembaga yang menyediakan camp, yaitu sejenis kos2an tapi di dalamnya ada program-program english dan study clubnya. Harga camp biasanya lbh mahal drpada harga kosan biasa, sekitar Rp100.000 - Rp120.000/bulan. Gue pilih salah satu camp yang berada di jalan Anyelir. Untuk bahasa sehari-hari fardhu 'ain pake bahasa Inggris. Ga bisa ditawar. Klo ketauan pake bahasa selaen English kena denda Rp500,00/kata + presentasi di depan kelas pas program ba'da magrib. Selain itu, kegiatan di camp juga lebih padat dibanding klo dkosan biasa. Tiap hari kudu bangun jam 4.00 tet. Sholat subuh b'jamaah + ngaji. Jam 5.00-6.00 ada program Grammar (gileee subuh-subuh dah dikasih sarapan Grammar). Setelah program Grammar kelar, dilanjutkan dengan piket bersih-bersih, setelah itu baru deh kita bisa ngelanjutin kursus diluar. Trus ba'da magrib ada program lagi d camp. Bagi yang pengen mengoptimalkan kemampuan English, camp memang pilihan yang tepat. Sayangnya, fasilitas kamar di camp rata-rata cuma kasur lesehan tanpa ranjang. Alhasil gue sering bgt masuk angin. Hatsyim.. Hatsyim.. (
Hight Quality Course
Belajar bahasa inggris di pare memang sudah jaminan mutu. Selain diajar dan dididik oleh tenaga-tenaga yang expert dan berkompeten di bidangnya, mereka juga melatih dengan psikologi. Mereka menanamkan self concept pada siswanya bahwa ” english is easy... and I can do it!” dengan menanamkan self concept seperti itu, maka tumbuhlah self confident pada para siswa.
“Kepercayaan diri adalah hal terpenting yang wajib disentuh pertama kali ketika kita ingin dapat berbahasa Inggris dengan lancar. Setelah itu, barulah kita sempurnakan dengan vocab, grammar dan pronounciation”begitulah kata salah satu tentor gue ketika pertama kali menjelaskan trik n tips lancar berbahasa Inggris.
Just enjoy u’r days
Pertama kali menginjakkan kaki di pare, sungguh jauh dari bayangan gue sebelumnya.
Peradaban Tinggi, kesederhanaan dan ramah-tamah
Inilah kesan yang gue tangkep dari Pare. Sebuah desa yang sederhana, tapi punya sejuta pesona dengan penduduk yang welcome terhadap para pendatang. Namun, dibalik kesederhanaan mereka itu, ternyata mereka memiliki peradaban yang tinggi dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya rental & kursus komputer, warnet-warnet, photo station, photo digital service, counter-counter HP yang semua itu dikelola langsung oleh para penduduk setempat. Bukan itu saja yang membuat gue takjub. Gue baru nyadar bahwa sebagian besar para siswi yang menuntut ilmu disana pada jilbaban (awalnya gue ga terlalu perhatian, karena memang gue jilbaban n mahasiswi di kampus gue juga pada jilbaban). Suasananya pun terasa seperti kota santri. Apalagi pas gue di pere bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Well, itulah kesan-kesan gue saat menuntut ilmu ke negeri ”Pare”. Ohya... gue juga mendapatkan banyak pengalaman disana. Mulai dari pengalaman yang menyenangkan, menyedihkan, mengesalkan, sampe yang memalukan pun ada. Tunggu cerita gue di postingan selanjutnya yaw... C U..