Minggu, 26 April 2009

GARA-GARA SALAH INFORMASI



“ Pengumuman-pengumuman… ada perubahan jadwal seragam: untuk hari senin-selasa tetap pakai blazer hari rabu tetap pakai batik kantor, nah.. hari kamis yang biasanya pakai batik kantor berubah menjadi kemeja putih. Hari jum’at biasanya pakai kemeja putih berubah memakai kemeja bebas. Hari sabtu tetap pakai batik bebas. Tolong diperhatikan dan jangan sampai lupa ya!!!” Itulah pengumuman penting dari asisten Manajer dikantor yang disampaikan pada hari Senin pagi dan langsung kami catat baik-baik. Dicatat di blocknote dan dicatat di otak kami masing-masing.

Hari Selasa dan Rabu berjalan aman-aman saja, karena memang tidak ada perubahan jadwal seragam. Hingga detik-detik mendekati hari Kamis (Rabu malam), datang beberapa SMS dari teman-teman sebidang yang intinya meragukan tentang kapan mulai berlakunya jadwal seragam baru.

Balasan dari saya
” Sorry mbak, aq g denger si bapak bilang mulai kapannya... Mulai kpn ya mbak? Yuk kita cari info.”

Awalnya, saya yakin 100% bahwa esok hari seharusnya kami menggunakan seragam atasan kemeja putih, seperti yang telah di informasikan oleh Asman kami tempo hari. Tapi, berhubung informasi yang saya terima, saya berinisiatif untuk mencari informasi lebih lanjut. Kami berusaha menghubungi Assisten manajer kami tetapi HP tidak aktif. Alternatif lain, saya coba-coba mencari informasi ke rekan kami dari bidang lain.

Balasan SMS dari teman saya dari bidang Lain
” HAH?? Masa’ seh mbak ada perubahan jadwal seragam? Aku kok ga dikasih tau sama manajerku ya mbak?”

Saya menginformasikan informasi ini kepada teman-teman, bisa menjadi pertimbangan sih, kenapa teman dari bidang lain tidak mengetahui jika ada perubahan jadwal seragam. Karena kami berpedoman pada ”petuah” AsMan tempo hari, kami sepakat untuk mengenakan seragam atasan kemeja putih seperti yang telah ditentukan. Mungkin saja perubahan jadwal seragam memang hanya untuk bidang kami saja.

Keesokan harinya.....
Seperti yang kami duga. Dikantor, semua penghuni kantor masih tetap mengenakan seragam lama. Yaitu seragam batik kantor. Hanya bidang kami saja yang mengenakan atasan kemeja putih.
Hingga suatu saat... ketika kami akan memulai aktifitas rutin kami, Salah satu teman menghampiri kami.
Teman 1 :” Niiiid... gawat... gawat...”
Saya : ”Apanya yang gawat?”
Teman : ” Itu... Anu... soal seragam!!!”
Teman 2 : “ Oooo... soal seragam? Iya mbak, aku tau. Kita tampil beda kan? Yang laen masih tetep pakai seragam lama.”
Teman 1 : “ Bukan... bukan itu... tadi aku ketemu pak WeKa (baca: Wakil Kepala). Nah... beliau menegurku. Kenapa pake seragam beda. Disuruh ganti baju sekarang juga. Kalau ga ada batik, Minimal dirangkepin blazerlah...”
Saya : “ Lhoooo... tapi kan kita ini nurutin intruksi dari pak AsMan.”
Teman 1 : “ Itu dia masalahnya... kata Pak WeKa, semula memang mau diadakan perubahan jadwal dari kantor, tapi keputusan itu dicabut kembali sebelum adanya sosialisasi. Nah... Pak asMan terlanjur menginformasikan kepada kita, tapi tidak meralat kembali.”
Saya & Teman-teman: “ HAAAH....??” (koor bareng, serentak menoleh ke arah pak AsMan, geram) ”Pak ASMAAAAAAAAAAAAAN..........”
Pak AsMan : (nyengir) ” Maap... Maap...”

Dengan cepat kilat kami menyebar keseluruh kantor. Mencari pinjaman baju batik ataupun blazer (ada beberapa teman kantor yang menyimpan baju di kantor, saya tidak). Akhirnya... saya mendapat pinjaman blazer dari salah seorang manajer wanita dikantor. Waloupun agak kotor karena belum dicuci dan gedenya Na’udzubillah... tapi lebih baiklah... daripada tidak ada.

Dari pengalaman kami diatas, terfikir oleh saya bahwa Informasi yang valid sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi maupun perusahaan. Untuk mewujudkannya, sangat diperlukan sistem komunikasi efektif untuk memastikan bahwa suatu organisasi / perusahaan mencapai sasarannya secara efektif. Jelaslah bahwa komunikasi dan informasi sangat berhubungan erat.


Arifin, 2003 : 156 menyebutkan beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan komunikasi yang efektif adalah
1.komunikasi harus bersifat manusiawi atau selalu memperhatikan sifat-sifat manusia.
2.komunikasi harus diusahakan seharmonis mungkin.
3.disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku selama ini.
4.Dilakukan melalui jalur kelembagaan yang tersedia dalam organisasi.
5.Disesuaikan dengan iklim atau situasi dan kondisi saat komunikasi berlangsung.
6.Memanfaatkan tekhnologi modern guna memperlancar komunikasi.
7.Memanfaatkan simbol-simbol maupun gerakan-gerakan yang sudah dipahami semua orang.

Komunikasi diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu, antara lain: Pertama, Komunikasi dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada klien, kolega, dan penyelia (supervisor). Kedua, komunikasi dapat dijadikan seseorang dapat diberikan informasi-informasi. Ketiga, Komunikasi bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Keempat, komunikasi bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan keputusan. ( Arifin, 2003:141).

Merujuk pada tujuan-tujuan komunikasi diatas, semoga saja perusahaan-perusahaan maupun organisasi-organisasi dapat mewujudkannya dengan sempurna, sehingga tidak ada Miss Communication dan Miss understanding dalam mencapai tujuan organisasi / perusahaan.

Source: Arifin, Rois dkk. 2003. Perilaku Organisasi. Malang : Bayumedia.