Senin, 19 Juli 2010

CINTA dan Pasir dalam Genggaman



Sadar gak sich…? Terkadang memiliki rasa cinta yang terlalu berlebihan, justru menjebak kita dalam sebuah sikap yang kurang menyenangkan (bagi kita, dan juga bagi orang yang kita cintai tersebut). Pernah denger yang namanya Over protected khan? Nah.. sikap itu adalah manivestasi dari rasa takut kehilangan seseorang terhadap orang yang dicintainya.

Mencintai seseorang layaknya memegang pasir dalam genggaman.
Semakin kencang kita menggenggam, maka akan semakin banyak pasir yang akan keluar dari celah-celah jari kita.
Begitu pula sebaliknya, jika kita memberi ruang untuk pasir itu (misal dengan menengadahkan tangan) maka akan semakin banyak pasir yang tertampung didalam telapak tangan.

Teaching point dari filsafat ini:
Semakin kita mengekang seseorang, maka keinginan orang itu untuk berontak akan semakin tinggi. Bahkan, bisa jadi orang tersebut akan menjauhi kita karena tidak kuat dengan ikatan-ikatan yang kita berikan.
Sebaliknya, jika kita memberikan ruang gerak dan kepercayaan padanya, justru ia akan semakin memegang kepercayaan yang telah kita berikan tersebut, dan tidak membuatnya menjauhi kita.

Maka, jika kamu mencintai seseorang (misal, cinta seorang ibu kepada anaknya, cinta seorang suami kepada istrinya, cinta seseorang pada kekasihnya, dll) jangan terlalu mengekangnya. Ga ada salahnya kita membiarkan ia jalan-jalan atau nongkrong bersama teman-temannya tanpa kamu untit selama 24 jam nonstop. Toh, kamu masih bisa memantaunya via telepon. Dan ga ada salahnya kita memberinya kepercayaan untuk bergaul dengan teman-temannya, insyaAllah dia akan semakin mencintaimu atas kepercayaan yang sudah kamu berikan. Percaya deehhh! ^_^v

Juanda, 9 Juli 2010

(Terinspirasi saat bermain pasir pantai Balekambang bebarapa waktu lalu, sambil di curhati temen-temen tentang pasangan masing-masing)

Rabu, 17 Maret 2010

”Papa, kembalikan tangan Ita.........“ (sebuah pembelajaran tentang tindakan)


Sebuah kisah yang saya kutip dari sebuah blog, dan saya fordward dari note seorang teman. Semoga bisa kita ambil hikmahnya untuk dijadikan pengalaman dan palajaran.

Begini kutipannya:
Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pembantu rumah ketika mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Sendirian di rumah, dia sering dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja.
Dia bermain diluar rumah. Dia bermain ayunan, berayun-ayun di atas ayunan yang dibeli papanya, ataupun memetik bunga matahari, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu bapak dan ibunya mengendarai motor ke tempat kerja karena ada perayaan Thaipusam sehingga jalanan macet. Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imajinasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah.
Pulang petang itu, terkejutlah ayah ibunya melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini?" Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya.
Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 'Tak tahu... !" "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Ita yg membuat itu papa.... cantik kan!" katanya sambil memeluk papanya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya.
Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa?. Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya.
Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka2nya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.
Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Ita demam..." jawab pembantunya ringkas."Kasih minum obat sakit kapala," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke hospital karena keadaannya serius. Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena gangren yang terjadi sudah terlalu parah.
"Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah" kata doktor.
Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar menandatangani surat persetujuan pembedahan.
Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang suntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
"Papa.. Mama... Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau dipukul papa. Ita tak mau jahat. Ita sayang papa.. sayang mama." katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Ita juga sayang Kak Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris.
"Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil.. Ita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya berulang-ulang.
Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.
*"jika tidak dapat apa yang kita suka...belajarlah utk menyukai apa yang
kita dapat.." *SoMeTiMeS GoOd PeOpLe Do EvIl ThiNgs....
fordward from: Yudha mantebs


Ironis benar kisah ini. Dalam usia Ita, yaitu pada usia 3,5 tarbagi 2 masa, yaitu masa Vital dan masa Estetik. Pada Masa Vital, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Freud menyebutnya sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Sedangkan Masa Estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak bereksplorasi dan belajar melalui panca inderanya. Pada masa ini panca indera masih sangat peka. Dengan kreativitasnya, Ita menggambar pada mobil ayahnya adalah bentuk pencapaian aktualisasi oleh Ita dalam masa perkembangan ini.

Jika berbicara masalah hukuman (punishment), hukuman sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mendidik (pedagogis). Pada dasarnya, punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik, bukan betrsifat emosional seperti yang dilakukan oleh ayah Ita. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi anak untuk bertindak lebih baik.

Jadi, Ijinkan mereka untuk untuk melalui masa Estetika dengan sempurna, namun harus dengan kontrol yang baik dari pihak orang tua dan tetap dalam jalur yang tepat.




Source: http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/fase-dan-tugas-perkembangan.html
http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=175

Rabu, 03 Maret 2010

MISS U PARE, MISS U ALL...

Kemaren (2 maret 2010) saya beberapa kali menerima message dari kawan-kawan lama di Pare. Mereka menanyakan kabar, aktivitas, hingga “Kapan lagi kau belajar ke Pare?”

Hari ini, (3 maret 2010) sayapun menerima seebuah message dari teman dunia maya tentang Pare. Sayapun menjawabnya sebisa mungkin informasi yang saya ketahui tentang Pare.

Belajar Bahasa Asing di kampung Pare, memang memberikan suasana dan kesan tersendiri bagi saya dan teman-teman. Sehingga timbul keinginan untuk kembali menuntut ilmu dan berkumpul bersama teman-teman lagi di alam sejuk nan agamis itu. Namun, apa daya kesibukanlah yang hingga saat ini masih menjadi penghalang terwujudnya niat suci ini (lebayy…). But I’m sure… Altought we can’t meet anymore, We can keep contact until now. U have our mobile phone number and email adreess, Aren’t u? Komunikasi bisa tetap berjalan dengan memanfaatkan tehknologi. Ok, See Ya… ^_^V

Jumat, 29 Januari 2010

KEBOSANAN KERJA ATAU BOSAN HIDUP…?

Ups… judulnya kok tragis amat ya? Pake bawa-bawa bosan hidup segala?!?! Tapi memang itulah fenomena yang sering terjadi pada setiap karyawan. Dengan rutinitas kerja yang monoton setiap hari tak ayal bila semua beban yang ada menumpuk, dan akan terjadilah kebosanan kerja.
Ceritanya beberapa hari yang lalu saya menerima sebuah pesan di facebook dari seorang rekan yang Isinya berupa curhatan tentang kejenuhannya terhadap pekerjaannya. Keesokan harinya, ternyata teman sekantor saya juga merasakan hal yang serupa. yaitu kebosanan dan kejenuhan kerja. gejalanya bisa seperti ini nih...


Mereka bingung, apa yang harus mereka lakukan agar tidak terus terkekang oleh perasaaan itu?
Sayapun sering merasakan hal serupa seperti yang mereka alami.
Bagi saya, Jika kita sedang berada pada satu titik puncak kejenuhan, tidak ada salahnya untuk mencoba mundur selangkah agar kemudian dapat berlari dengan kencang beberapa langkah kedepan.

Berikut ada sedikit tips dari saya tentang pengalaman yang saya lakukan untuk mengatasi kebosanan kerja.
1.Lakukan dengan variasi sendiri
Pekerjaan yang terus-menerus dan monoton memang memberi konstribusi terbesar untuk terjadinya kejenuhan kerja. Hal ini disebabkan oleh otak yang bekerja secara monoton. Tak ada salahnya bila sekali – sekali kita mengerjakan tugas kantor dengan cara kita sendiri. Tidak harus “saklek” dengan tuntunan yang ada dari kantor, yang penting hasil yang dicapai sama dan tidak merugikan berbagai belah pihak.
2.Lihatlah dunia lain
Ahahaha… bukan dunia lainnya Hari Panca untuk uji nyali lho… “ Dunia lain” yang saya maksud disini adalah segala sesuatu yang berada di luar rutinitas kita, namun hal tersebut masih dapat kita jangkau.
Misalnya: Anda adalah seorang karyawan perusahaan yang tugas sehari-hari adalah duduk mengetik di depan komputer tanpa henti, saat benar-benar berada pada titik kejenuhan, tak ada salahnya jika pada saat jam istirahat kita duduk-duduk di kantin sambil ngobrol dengan rekan-rekan kantor dari bagian lain. misal dengan manajer atau bahkan dengan ibu kantin, cleaning service, ataupun driver kantor. Sesekali kita perhatikan dunia mereka dan berbagi bersama. InsyaAllah kita akan dapatkan sesuatu yang berbeda dari sekedar makan siang di meja kerja.
3.Jalan lain menuju ke Roma
Hampir sama dengan no 1 dan 2. Intinya adalah “melakukan sesuatu yang beda”. Tidak hanya sebatas pada pekerjaan atau rutinitas kantor saja, melainkan keseharian yang kita jalani selama sehari-hari.
Misalnya: Biasanya anda pergi ke kantor naik sepeda motor, cobalah sekali-sekali untuk mencoba rasanya berdesak-desakan naik bis kota. Biasanya anda berangkat kantor dari Sidoarjo langsung ke Surabaya, sekali-sekali tak ada salahnya jika anda berangkat dari Sidoarjo berputar dahulu ke Gresik baru ke Surabaya. Hahaha…
4.Stop sesaat saat penat
Ini adalah alternative terakhir jika ketiga cara di atas sudah tidak mampu lagi membendung kebosanan dan kejenuhan yang anda alami. Hentikan sejenak semua aktifitas anda untuk beberapa waktu. Istirahatkan sejenak otak dan fisik anda, setelah anda merasakan fresh dan siap untuk melakukan aktivitas kembali, silakan lanjutkan kembali…



Nah.. itulah beberapa tips yang bisa saya bagi. Memang bukan panduan, hanya berbagi pengalaman dari apa yang saya alami. Semoga bermanfaat…

Senin, 25 Januari 2010

BACK TO BLOG


Pagi itu, selasa 12 Januari 2010 saya membaca sebuah inbox di pesbuk saya. Nama pengirimnya tidak pernah saya kenal sebelumnya dan dia tidak ada didalam deretan friendslist saya (bagi ente yang ngerasa, tenang ajah nama ente kagak ane sebutin disini. So kagak useh khawatir ente bakalan jadi artis dadakan yeee. Hehehe….) Awalnya saya berfikir dia mau ngajak kenalan atau kirim message iseng aja. Tapi ternyata… dugaan saya keliru. Pesan yang dikirim oleh orang itu cukup simple. Tapi cukup menggugah dan sedikit memberi motivasi saya yang sempat tertelan bumi. Bunyi pesannya begini…
“ Hai nida, salam kenal. Blog yang kamu bikin tu bikinan kamu ataw siapa? Bagus bgt!”
Whattt??? Ternyata ditengah vacumnya saya menulis blog dan selama berbulan-bulan ga nge-update blog sama sekali ternyata masih ada juga orang yang rela membaca blog saya. Pake ngatain “bagus” pula! Saya balas message tersebut…
“ Ya memang bikinan saya, masa bikinan tetangga? Hehe… tapi sekarang udah jarang posting. emangnya knapa?”
“ Ya gapapa. Bagus aja. Kenapa kok jarang posting? banyak kerjaan apa ga ada ide?”
“ pulang kerja capek… males nulis”
Selesai ngebales message yang terakhir, saya mulai berfikir… Belakang ini saya memang terlalu disibukan dengan kerjaan kantor. Pulang-pulang badan udah capek n pegel-pegel, lanjut dengan garap ‘sedikit’ kerjaan rumah. Sekali lagi… hanya ‘sedikit’’ Paling banter Cuma nyapu n cuci piring orang serumah doank. Setelah itu… terkapar dengan sukses… hahha… Padahal, masalah ide n pengalaman-pengalaman terus aja saya dapatkan. Sayang juga ya… kalau semua itu hilang begitu saja tanpa di abadikan dan disalurkan.
Selain itu, saya merasakan betul perbedaan emosi ketika saya rajin menulis dengan ketika saya tidak menulis sama sekali seperti saat ini. Tidak ada luapan emosi sama sekali!!! Dulu masih sempatlah.. nulis sedikit pengalaman di blog atau multiply via hape. Tapi semenjak ganti hape yang muatan internetnya tidak bisa terlalu berat, saya benar-benar vacuum dari duniablog. Baik mengunjungi, membaca, mengomentari blog teman-teman maupun mengisi blog sendiri.
Yack… itulah obrolan singkat saya dengan orang tersebut. Dengan membaca pesan itu, hati saya jadi tergugah,,, terpanggil… dan juga tersindir… hahahaa….
Lewat tulisan ini, saya ucapin “thanks banget” buat si pengirim pesan, dan “maap banget buat blogku chayang,.. saya terlalu lama nyuekin kamu. Huhu…” Mulai sekarang, sesibuk apapun saya, usahakan untuk sejenak menyalurkan ide atau menuangkan pengalaman-pengalaman saya dalam sebuah tulisan. Minimal ‘mengunjungi’ lah. Semoga bisa continue!! Walaupun tidak sesering dulu…

Minggu, 24 Januari 2010

I LOVE IT… SHE HATE IT…


MEOOOOOOOOOOOOONKKKKK…….
“ Canteeeeek!!! Matiin ga thu hp lo. BURUAN…. BANTING AJA… BANTIIIIING…!!!.” Jerit sohib gw yang biasa dipanggil ‘manis’.
Bukannya matiin thu HP, gw malah ngikik abis sambil nguber dia. Gw sodor-sodorin HP yang lagi gw kalungin di leher ke arah dia. Kontan aja dia langsung naek ke atas tempat tidur n langsung nyungsep di dalem selimut.
“ Canteeeekkk!!! Gw mohooonnn. Tolong lo apus ringtone kucing itu dari HP lo. Gw phobia kucing. Phobiaaaaaaaaaa…..” Jerit manies gak mau kalah sama jeritan kucing di HP gw.
“ Manizzz… gw bukan mo nakut-nakutin lo. Tapi justru ni gw mo therapy lo. Pertama-tama gw cuman dengerin lo suara kucing bo’ongan alias ringtone gw ini. Ntar gw dengerin lo suara kucing beneran. Trus klo lo dah berani, ntar lo belajar ngeliatin gambar kucing, klo udah berani ngeliat gambar kucing ntar lo gw bawain kucing beneran…”
“ Kucing beneran, canteeeek? Kucing beneran?!!!!!!!!” Manis menyibakkan selimutnya n langsung berdiri di atas tempat tidurnya.
“ Ya iyalah… kan tujuan utamanya biar lo berani ama kucing beneran. Bukan ama kucing bo’ongan. Mau ya manis… mau yack…” bujuk gw sambil ngerasin volume suara ringtone.
Reflek dia langsung tutup kuping n langsung mengambil gunting diatas meja sambil menodong kearah gue sambil nyoba ngancem gw.
“ DIEEEEMMM…. Canteeeekkk!!! Skali lagi gw bilang MATIIN HP lo! Atau LO YG GW MATIIN!!!”
“ HAHHH… gila lo? Lo mo bunuh gw????”
“ iyah..”
“ Gw yang sahabat lo ini???”
“ iyah..”
“ Gw yang slalu bersama lo dalam suka dan duka?”
“ iyah…”
“Gw yang cantik ini???” (haduuuh… sempet-sempetnya narsis disaat terancam begini)
“ iyaaaaaaaaaaaaaaaahhhh………..”
Gue langsung diem 10.000 bahasa. Eh kebanyakan, 1000 bahasa aja deh! Ketakutan… dan…. Mematikan ringtone HP. Manis gemeteran… kemudian terduduk lemas, menangis, lalu membanting gunting kelantai. Dan memeluk gue…. (secara… gw ogah dipeluk dia klo tu gunting masih di tangannya, takut ketusuk!) hie…
“ Cantiiikkk… maapin gw yack… lo jangan takut! gw gak kan pernah bunuh lo. Lo n teteh sahabat terbaik gw. Gw tau niat baik lo. Tapi sumpah… gw paling benci ama kucing. N sampe mati ga bakal pernah mencintai kucing. Sampe kapanpun….!!”
Gw, Manis n Teteh (sohib gw juga asal Bandung) memang sohiban. Kuliah bareng… berangkat bareng… Telat bareng… Makan pangsit blakang kampus bareng… shopping n ngeceng di alun-alun bareng… sampe NIM gw n manis jg urutan lho… beda no buntut doing. Klo NIM gw no buntutnya 184. NIM manis no buntutnya 183. So klo ujian, duduknya mesti seblahan, bisa sama-sama… tiiiiit *sensor*. Hahha…
Tapi untuk sama makhluk yang bernama KUCING, Gw n si Manis emang beda 180 derajat. Kalo Gw maniak kucing bgt, dimanapun gue tinggal pasti miara kucing, ringtone HP suara kucing, poster ditembok gambar kucing, gantungan kunci gambar kucing, sampe-sampe poto didompet dipajang gambar kucing, Xixixi… Lha klo si Manis, boro-boro suka ama kucing, liat tampangnya aja kagak sudi, denger suaranya aja juga kagak rela. Kalo si Teteh biasa aja c… seneng banget nggak… sebel banget juga nggak…
Nah, sebagai sobat yang baek, gue gak tinggal diam ngeliat si Manis menderita terus-terusan karena selalu dihantui oleh kucing. Secara, di bumi kita ini makhluk yang namanya kucing gak cuma 1 atawa 2 ekor. Maka dengan ilmu psikologi yang dipelajari di bangku kuliah ini gue bermaksud kasih theraphy ke dia. Caranya dengan membiasakan sedikit-demi sedikit memperlihatkan bagian-bagian dari kucing, Mulai dari suaranya doank, bulu-bulunya doank, hingga akhirnya membiasakannya untuk dapat melihat dan menerima kucing secara utuh. Semua dilakukan secara bertahab. Tapi tak disangka n tak diduga… justru Manis ga ada niat sama sekali buat sembuh dari phobianya itu. Bahkan pernah ngacem bakal ngutuk gue jadi emaknye kucing klo terus-terusan ngecomblangin dia sama kucing. Yach… klo emang itu mau lo, terserah deh! yang jelas gw sudah punya usaha buat bikin lo sembuh. Tapi bukankah sebuah theraphy tidak akan berhasil tanpa kemauan dari si subjek tersebut??!! Kira-kira… ada gak ya cara laen biar dia ga takut sama kucing lagi??? Mohon masukannya ya teman-teman…

Dedicate to Manis n Teteh…
Miss U so much… sory klo ada bagian-bagian dari cerita ini yang rada lebay. Haghag…

Kamis, 14 Januari 2010

YOU RAISE ME UP



Ternyata memang benar ya.. kita akan dapat berdiri lebih tegar ketika kita menyokong orang lain untuk dapat berdiri. Sama halnya dengan seorang psikolog yang merasa senang dan puas ketika dia berhasil membantu kliennya dalam menyelesaikan masalah kliennya tersebut. Walaupun si Psikolog itu sendiri masih punya masalah yang lebih berat, masalah tersebut terasa ringan dengan sendirinya. Seperti pengalaman yang gue alami beberapa hari setelah pulang dari opname selam 1 minggu akhir 2008 lalu. Semoga kita dapat memetik makna dari cuplikan SMS-an gue hari ini dengan si Bunga (bukan nama sebenarnya).

Gue : Ngaaa… Miss U. Gmn kbr lo? Kok ga pernah kirim kabar? Dah kerja? Dimana? Or.. dah nikah ma si *******?
Bunga : Bete.. bete... bete.. ah.. Basi.. basi... basi lo.. lama-lama gw bisa jadi gila!! Gue stress Niiiid Gw blum krja. Nikah juga belon. Gw dah ga sama si *******. Hiks.. hiks... Lo ndiri pa kabar? Dah kerja?
Gue :Cup..cup... sabar... jalanin aja semuanya dengan lapang dada Nga’. Seharusnya lo bersyukur. Lo masih beruntung daripada gue. Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan. Semua tepat pada waktunya dan tiada tandingannya, asal kita mau b’sabar.
Bunga :Mang lo napa Nid?
Gue :Gue habis opname di RS selama 1 minggu disaat gue dapet panggilan tes & interview di beberapa perusahaan yang gue cita2in selama ini. So, gw ga bs ambil deh.Bahkan skrg gw g bs kerja yg m’nuntut kerja fisik terlalu berat. HRD tinggal mimpi deh.
Bunga :Lo sakit apa Nid?
Gue :Patah hati, skt hati, trus hati gw skt d! Hehehe.. Gw komplikasi infeksi usus & Thypus.
Bunga :Lo sakit pa shooping? Kok borongan? Penyakitnya keren-keren lagi! Gmn kondisi lo skrg?
Gue :Alhamdulillah infksi usus & thypus dah sembuh. Tapi gw baru boleh beraktivitas setelah benar2 dinyatakan pulih.

............... Rada lama balesnya.

Bunga : Iya bener kata lo Nid, t’kdg qt slalu b’hrp yg muluk2. Pdhl blm tentu itu Baik & tepat utk qt.S’hrsnya mmg qt b’ush & b’doa aj. Jgn prnh m’nntut apa2. Srhkan smua pd Allah, krn mmg hsl adlh milik Allah.Mgkn lo bnr.S’hrsnya gw lbh b’syukur.
Gue :Nah..si Bunga bijaksana jg.Hwee. Gw kmrn jg s4 down. Tp gw pikir2 ada hikmahnya jg.Mgkn skrg emg saatnya gw stay at home lbh lama.Kpan lg bs brg2 ortu. Klo dah kerja pasti qt sibuk, klo dah merit pasti tggl ma suami.Bnr g?hehe... Yg smgat ya Nga’ gw aj msh bs snyum. Udah harapan kandas,ks4an kerj ilang,sakit pula.Tp gw yakin semua ini dah diatus oleh Allah. Ada s’suatu yg indah di balik semua ini, yg qt sndr blm tw. Misteri Illahi. Ayo Nga’ Smangat! Chaiyyoo... chaiyyo..
Bunga :Lo jg yg sabar ya Nid, Insyaallah dblk smua mslh yg qt hdpi,sglanya jd lbh indah. 

Gw seneng, dia dah bisa smile. Walopun Cuma dalam bentuk emoticon.